PT Equity World | Perang Dagang hingga Risalah The Fed Bawa Bursa Asia Melemah

PT Equity World | Perang Dagang hingga Risalah The Fed Bawa Bursa Asia Melemah

PT Equity World | Seluruh bursa saham utama kawasan Asia kompak menutup perdagangan ketiga di pekan ini, Rabu (20/11/2019), di zona merah.

Pada penutupan perdagangan, indeks Nikkei turun 0,62%, indeks Shanghai melemah 0,78%. indeks Hang Seng jatuh 0,75%, indeks Straits Times terkoreksi 0,28%, dan indeks Kospi berkurang 1,3%.

Memudarnya optimisme bahwa AS dan China akan segera meneken kesepakatan dagang tahap satu menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Kini, prospek ditekennya kesepakatan dagang tahap satu yang begitu dinanti-nantikan oleh pelaku pasar menjadi berwarna abu-abu.
CNBC International melaporkan bahwa pejabat pemerintahan China kini pesimistis terkait prospek kesepakatan dagang tahap satu.

Penyebabnya, China dibuat kesal dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa AS belum menyepakati penghapusan bea masuk tambahan yang sebelumnya dibebankan terhadap produk impor asal China. Padahal, pihak China menganggap bahwa mereka telah mencapai kesepakatan terkait dengan hal tersebut dengan AS.

Pemberitaan tersebut lantas membuat mood pelaku pasar menjadi kurang mengenakan. Untuk diketahui, sebelumnya ada perkembangan yang positif terkait negosiasi dagang AS-China.

Menurut kantor berita Xinhua, Wakil Perdana Menteri China Liu He menggelar perbincangan via sambungan telepon dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer pada akhir pekan kemarin terkait dengan kesepakatan dagang tahap satu, seperti dilansir dari CNBC International.

Xinhua melaporkan bahwa kedua belah pihak mengadakan diskusi yang konstruktif terkait dengan kekhawatiran di bidang perdagangan yang dimiliki masing-masing pihak. Kedua pihak disebut setuju untuk tetap berdialog secara intens. Xinhua juga melaporkan bahwa pembicaraan via sambungan telepon antar negosiator dagang tingkat tinggi dari AS dan China tersebut merupakan permintaan dari pihak AS.

Lebih lanjut, rilis risalah dari pertemuan The Federal Reserve (The Fed) edisi Oktober 2019 ikut menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham Asia. Risalah tersebut dijadwalkan dirilis pada dini hari nanti (21/11/2019) waktu Indonesia.
Untuk diketahui, pada bulan lalu The Fed memutuskan untuk memangkas federal funds rate sebesar 25 bps ke rentang 1,5%-1,75%. Lemahnya pertumbuhan ekonomi global dan rendahnya tingkat inflasi menjadi faktor yang mendasari keputusan tersebut. Pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada bulan lalu menandai pemangkasan yang ketiga di tahun 2019.

Namun, pasca mengumumkan tingkat suku bunga acuan pada bulan lalu, The Fed memberi sinyal bahwa mereka akan menahan diri dari memangkas tingkat suku bunga acuan lebih lanjut.

Dalam pernyataan resminya pasca memangkas tingkat suku bunga acuan pada bulan lalu, The Fed menghilangkan suatu pernyataan yang sudah mereka gunakan sejak bulan Juni yakni pernyataan bahwa pihaknya berkomitmen untuk “bertindak sebagaimana diperlukan guna mempertahankan ekspansi (ekonomi)”.

The Fed kemudian mengganti pernyataan tersebut dengan pernyataan yang lebih defensif.

“Komite akan terus memonitor implikasi dari informasi-informasi di masa depan terhadap prospek perekonomian sembari melakukan penilaian terkait dengan besaran yang tepat mengenai rentang dari federal funds rate,” tulis pernyataan resmi The Fed.
PT Equity World
Jelang Rilis Risalah The Fed, Bursa Saham Asia Berguguran | PT Equity World
Kemudian dalam konferensi pers pasca memangkas tingkat suku bunga acuan pada bulan lalu, Powell mengungkapkan bahwa The Fed akan cenderung mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level saat ini. Dirinya mengatakan bahwa pejabat bank sentral memandang stance kebijakan moneter saat ini akan layak dipertahankan di masa depan.

Dikhawatirkan, rilis risalah dari pertemuan edisi Oktober 2019 akan kembali mengonfirmasi stance The Fed yang kini cenderung hawkish.

Terakhir, tekanan jual bagi bursa saham Asia bersumber dari rilis data perdagangan internasional Jepang. Pada pagi hari ini, ekspor Jepang periode Oktober 2019 diumumkan terkontraksi hingga 9,2% secara tahunan, lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan kontraksi sebesar 7,6% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.

Mengingat status Jepang sebagai negara dengan nilai perekonomian terbesar ketiga di dunia, tentu tekanan bagi perekonomian Jepang akan membawa dampak negatif yang signifikan bagi perekonomian dunia.

Leave a comment