PT Equityworld | Emas Dunia Menuju US$ 1.810/oz, Emas Antam Melesat Rp 12.000

PT Equityworld | Emas Dunia Menuju US$ 1.810/oz, Emas Antam Melesat Rp 12.000

PT Equityworld | Harga emas dunia menguat pada perdagangan Senin kemarin (22/6/2020) dipicu oleh kekhawatiran investor akan risiko penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19) gelombang kedua secara global.

Pada pukul 16:43 WIB Senin kemarin, harga emas menguat 0,29% ke US$ 1.747,84/troy ons di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemudian pada perdagangan spot tadi malam pukul 22.41 WIB, emas spot diperdagangkan di level US$ 1.758/troy ons mengacu data Kitco.

Gelombang kedua Covid-19 kini memang sedang mengintai. China, negara asal virus corona dan sebelumnya sudah sukses meredam penyebarannya kini kembali menghadapi peningkatan kasus serupa.

Tetapi episentrum penyebaran Covid-19 kini berada di ibu kota Beijing. Setelah 50 hari tanpa transmisi lokal Covid-19 alias nol kasus, Beijing akhirnya melaporkan kasus pertama pada Jumat (12/6/2020).

Komisi Kesehatan Nasional China pada Senin melaporkan ada 18 kasus Covid-19 baru, 9 di antaranya ada di Beijing. Sehingga jika di total jumlah kasus di Beijing saat ini sebanyak 236 orang.

Amerika Serikat (AS) juga melaporkan rekor penambahan kasus per hari di beberapa Negara Bagian. Kemudian dari Australia, Negara Bagian Victoria kembali mengetatkan kebijakan social distancing setelah terjadi peningkatan kasus.

Dari Eropa, Jerman tingkat reproduksi (Rt) Covid-19 pada hari Minggu naik menjadi 2,88 dari sebelumnya 1,79. Artinya 1 orang yang terinfeksi Covid-19 dapat menularkan ke 2,88 orang, atau dari 100 orang dapat menularkan ke 288 orang.

Penambahan kasus Covid-19 tersebut terjadi setelah kebijakan lockdown di longgarkan, sehingga pelaku pasar menjadi berhati-hati mengingat hampir semua negara kini melonggarkan kebijakan lockdown.

Harga Emas di Pegadaian Hari Ini, Selasa (23/6/2020), Antam, Antam Retro, dan UBS | PT Equityworld

Yang ditakutkan pada pelaku pasar, jumlah kasus terus mengalami peningkatan sehingga lockdown harus kembali diterapkan. Dampaknya, perekonomian global berisiko mengalami resesi panjang.

Sentimen pelaku pasar pun memburuk, dan aset aman (safe haven) seperti emas kembali menjadi pilihan investasi.

Secara teknikal, emas memang memiliki peluang untuk terbang tinggi. Tetapi dengan syarat mengakhiri perdagangan jauh di atas level US$ 1.744/troy ons yang merupakan batas atas pola Rectangle. Pola ini menjadi indikasi emas berada dalam fase konsolidasi atau bergerak sideways.

Jika mampu menembus jauh di atas US$ 1.744/troy ons dan tetap bertahan, artinya emas berhasil breakout pola Rectangle. Sehingga, emas berpeluang melesat menuju US$ 1.818/troy ons.

Tetapi ada juga risiko emas akan membentuk pola Double Top yang menjadi sinyal harga emas akan berbalik turun. Pola Double Top bisa terjadi jika emas pada perdagangan Selasa ini (23/6/2020) gagal menembus high intraday Senin kemarin.

Selain itu indikator Stochastic kembali masuk ke wilayah jenuh beli (overbought). Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun.

Batas bawah pola rectangle US$ 1.670/troy ons, menjadi target jika harga emas kembali turun.

Beberapa analis juga meragukan emas mampu mencapai US$ 1.800/troy ons dalam satu atau dua bulan ke depan, justru logam mulia ini dimaklumi jika melemah.

Peter Hug, Direktur Global Trading di Kitco Metals, mengatakan dalam jangka pendek emas memang akan melemah, tetapi di akhir tahun akan melewati level US$ 1.920/troy ons, alias mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Hug mengatakan faktor musiman akan menyebabkan emas melemah di musim panas (Juni-Agustus), tetapi dalam jangka menengah jalur penguatan emas masih konstruktif.

Hal senada diungkapkan oleh Jeff Clark, analis logam mulia senior di Goldsilver.com, yang mengatakan ia bullish terhadap emas dalam jangka panjang, tetapi tidak akan terkejut jika akan terjadi pelemahan di bulan Juli dan Agustus.

Clark melihat pelemahan tersebut sebagai peluang untuk membeli emas.

“September pada umumnya adalah bulan yang terbaik bagi logam mulia. Jadi, sudah pasti saya ingin menambah posisi beli sebelum September,” kata Clark sebagaimana dilansir Kitco.

Leave a comment