Equity World | Duh, Bursa Asia Ditutup Gak Kompak Nih, Tapi IHSG Cerah Kok

Equity World | Duh, Bursa Asia Ditutup Gak Kompak Nih, Tapi IHSG Cerah Kok

Equity World | Bursa Asia-Pasifik ditutup beragam pada perdagangan Kamis (19/1/2023), di tengah optimisme pasar atas pemulihan ekonomi China pada tahun ini meski beberapa masih ada yang khawatir dengan prospek pemulihan tersebut.

Equity World | Wall Street Tergelincir: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Kembali Ditutup Melemah

Indeks Shanghai Composite China ditutup menguat 0,49% ke posisi 3.240,28, ASX 200 Australia bertambah 0,36% ke 7.420,2, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,51% ke 2.380,34, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melesat 0,8% menjadi 6.819,91.

Namun untuk indeks Nikkei 225 Jepang ditutup ambles 1,44% ke 26.405,199, Hang Seng Hong Kong turun 0,12% ke 21.650,98, dan Straits Times Singapura melemah 0,44% menjadi 3.275,24.

Dari Jepang, neraca perdagangan periode Desember 2022 tercatat mengalami defisit sebesar JPY 1,45 triliun (US$ 11,27 miliar). Namun, data ini sudah lebih baik dari periode November 2022 yang defisit sebesar JPY 2,03 triliun.

Hal ini karena ekspor Jepang pada Desember 2022 dilaporkan tumbuh sedikit melambat karena permintaan China tetap di bawah tekanan dan impor Jepang juga sedikit melambat.

Ekspor Jepang hanya tumbuh 11,5% (year-on-year/yoy) pada Desember 2022, dari sebelumnya pada November 2022 yang tumbuh 20% (yoy).

Sedangkan impor Jepang juga hanya tumbuh 20,6% (yoy) di Desember 2022, dari sebelumnya pada November 2022 tumbuh 30,3% (yoy).

Hal ini menyoroti tantangan negara yang kekurangan sumber daya yang sangat bergantung pada impor komoditas dan energi. Data yang lemah juga memupus harapan para pembuat kebijakan untuk pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19 yang didorong oleh ekspor.

Sepanjang 2022, Jepang mencatat defisit perdagangan sebesar JPY 19,97 triliun, penurunan tahunan kedua berturut-turut dan terbesar sejak 1979.

Sementara itu dari China, optimisme kembalu muncul setelah Wakil Direktur Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Gita Gopinath mengatakan kepada Reuters bahwa China bisa mengalami pemulihan ekonomi yang kuat paling cepat pada kuartal II-2023.

Dia seakan memuji pembukaan kembali China sebagai tanda positif, di samping indikasi siap untuk terlibat kembali dengan dunia.

“Kami memperkirakan ekonomi China akan kembali pulih dengan cepat setidaknya pada kuartal II-2023,” ujar Gopinath kepada Reuters.

Tetapi kekhawatiran akan resesi yang membayangi menahan kenaikan yang lebih besar di beberapa pasar saham Asia-Pasifik, seperti halnya pelemahan di Wall Street.

Wall Street melemah setelah rilis data penjualan ritel AS yang mengecewakan, di mana data menunjukkan penurunan sebesar 1,1% pada Desember 2022. Angka ini sedikit lebih tinggi dari perkiraan ekonomi yakni sebesar 1%.

“Kami memiliki awal yang kuat untuk tahun ini, tetapi sekarang kami berada di tengah musim pendapatan yang tegang, baru-baru ini mendapatkan data yang lebih lemah dari penjualan ritel dan Survei Manufaktur kemarin. Ditambah pertemuan The Fed pada 1 Februari akan segera terjadi,” kata Yung-Yu Ma, kepala strategi investasi untuk BMO Wealth Management dikutip CNBC International.

Di sisi lain, kabar tak menyenangkan juga datang dari Microsoft yang mengumumkan rencana untuk memberhentikan sekitar 10.000 karyawan, dan hal ini menjadi kabar buruk bagi pelaku pasar di Negeri Paman Sam kemarin.

Leave a comment